Pemanfaatan Lahan, Awal Perjuangan Komite Rakyat Kebon Jeruk

Pemanfaatan lahan untuk pertanian oleh warga Kebon Jeruk yang rumahnya rata dengan tanah karena digusur oleh PT KAI juni 2016 lalu. Bah Maman sebagai salah seorang petani Kebon Jeruk memamerkan hasil pertaniannya. Dok. Pembebasan Bandung

[Jon]

Rabu akhir Mei lalu, hakim membacakan hasil putusan perkara. Dalam putusannya, PT. KAI dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum dengan menggusur rumah dan kios Rakyat Kebon Jeruk. Kemenangan itu membuat lega Komite Rakyat Kebon Jeruk dan melahirkan rasa syukur yang amat dalam bagi mereka. Namun, bagi mereka, kemenangan ini menjadi suatu titik permulaan perjuangan.

Sepuluh bulan berlalu hanya menjadi pemanasan bagi perjuangan mereka. Terlihat semangat berjuang yang tak kenal lelah--saat tenaga mereka telah terkuras usai menginap di trotoar luar pengadilan, usai menyimak pembacaan putusan, terik matahari sangat menyengat dan kala itu mereka sedang berpuasa. Itu semua seakan bukan halangan bagi mereka. Terbukti pada hari kemenangannya, tanpa membuang waktu sedikit pun, mereka segera bergegas berkumpul di posko perjuangan yang selama ini menjadi tempat pengungsian alternatif bagi korban penggusuran PT KAI.

Setiba di posko, warga-warga yang terlibat dalam perjuangan langsung bermusyawarah, ditemani Pembebasan Kolektif Kota Bandung, selaku penggagas yang mendampingi Komite  Rakyat Kebon Jeruk dari awal permasalahan hingga kemenangan ini, serta beberapa mahasiswa lainnya yang bersolidaritas.

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami jadikan bagimu sumber penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Alquran, Surat Al A’raf [7]:10)

“Tanah untuk mereka yang betul-betul menggarap tanah! Tanah tidak untuk mereka yang dengan duduk ongkang-ongkang menjadi gemuk gendut karena menghisap keringatnya orang-orang diserahi menggarap tanah itu.” (Soekarno, 1960)

“Masyarakat tidak terdiri dari individu, tetapi menyatakan jumlah keterkaitan, hubungan di mana orang-orang ini berdiri.” (Karl Marx)

Dalam musyawarah itu, Komite Rakyat  Kebon Jeruk sadar bahwa mereka harus memperjuangkan tatanan sosial baru, yang mereka percaya di dalamnya terdapat kesejahteraan yang damai. Dalam hal ini, perencanaan dibantu tim yang terdiri dari Pembebasan Kolektif Kota Bandung dan Komune Rakapare serta beberapa mahasiswa lain yang ikut berpartisipasi.

Pemanfaatan lahan menjadi momentum bagi mereka setelah lahan menjadi rata pasca digusur. Secara serius mereka merencanakan pemanfaatan lahan tersebut. Dalam konsepnya mereka akan memposisikan area perdagangan dan area lahan parkir di bagian depan lahan yang menghadap ke Jl Stasiun Barat. Bagian tengah akan menjadi sarana umum seperti wadah edukasi dan bermain bagi anak-anak, koperasi untuk mengembangkan roda perekonomian serta posko musyawarah Komite Rakyat Kebon Jeruk.

Kemudian di bagian belakang lahan, akan diposisikan sebagai area pemukiman untuk tempat tinggal mereka. Bagian pinggiran lahan itu akan di kelilingi area berkebun. Tak tanggung-tanggung, mereka juga berencana mengalihkan pekerjaan para pekerja seks komersial (PSK) menjadi pegawai warung nasi. Tujuannya, agar para PSK memiliki pekerjaan yang lebih baik. Pengelolaan di lahan tersebut harus dilakukan secara kolektif dan adil, serta akan diorganisir oleh Komite Rakyat Kebon Jeruk.

Dengan pemanfaatan lahan seperti itu, mereka yakin bisa menciptakan lingkungan yang sehat dan menghidupkan roda perekonomian yang saling berkaitan. Sayuran hasil berkebun, misalnya, akan memudahkan pedagang warung nasi. Pemilik warung nasi dapat menukarnya dengan makanan kepada petani penggarap.
Kemudian lahan perkebunan pun akan ditumbuhi tanaman obat-obatan yang dapat berguna bagi warga Kebon Jeruk. Sebagian hasil panen pun dapat dijual ke pasar atau toko-toko herbal. Tak sampai di situ, mereka juga mengkolektifkan lahan parkir untuk keperluan usaha Komite Rakyat Kebon Jeruk. Sehingga mereka mendapat penghasilan yang menjanjikan.

Koperasi yang hadir dalam pemanfaatan lahan tersebut berguna mengatur roda ekonomi lahan Komite Rakyat Kebon Jeruk. Koperasi yang dilakukan secara sosialis berguna untuk menyeimbangkan dan mengembangkan roda perekonomian. Sehingga sebagian keuntungannya dapat digunakan untuk keperluan umum, seperti edukasi bagi anak-anak untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Semua itu harus bisa menciptakan tatanan sosial yang akan membawa mereka pada kesejahteraan yang merata bagi, setidaknya, Komite Rakyat Kebon Jeruk.

Perjuangan ini tentu tak akan semulus yang direncanakan. Namun selagi mereka masih memiliki mimpi yang sama untuk sejahtera dan kemandirian, disertai tekad dan perjuangan konkret mereka masih membara, segala masalah yang mereka hadapi akan mudah dilalui. Panjang umur perjuangan Komite Rakyat Kebon Jeruk!

PEMBEBASAN Bandung

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar