![]() |
Sumber gambar: cubademocraciayvida.org |
Fidel Castro dan Che Guevara adalah 2 nama paling tersohor ketika
berbicara tentang Revolusi Kuba. Tak dapat dipungkiri jika kharisma dan
kemampuan keduanya dalam meledakkan sebuah revolusi, melawan kediktatoran Rezim
Batista selalu menjadi bahasan di seluruh dunia. Fidel dan Che adalah Kuba,
begitu juga sebaliknya.
Namun ada satu nama yang perannya tak kalah penting dalam
perjalanan Revolusi Kuba. Seorang pemuda yang cerdas, gigih, dan pemberani yang
menjadi entitas krusial dan tak terpisahkan dalam upaya penggulingan Batista.
Ia adalah Frank Pais. Begitu sentral perannya hingga kini namanya diabadikan
sebagai sebuah bandara di Kuba.
Kisah bermula pada 26 Juli 1953. Ketika Fidel Castro bersama
130-an pasukannya melancarkan pemberontakan di Moncada, Frank Pais berperan
sebagai pengalih perhatian dengan turut melakukan pemberontakan di Boyama.
Meski pada akhirnya pemberontakan ini gagal, yang mengakibatkan Fidel ditangkap
dan dipenjara sementara banyak kawan lainnya yang terbunuh, namun ini mampu
menjadi bahan bakar untuk merancang pemberontakan yang lebih terorganisir yang
pada akhirnya mampu menjungkalkan Batista yang didukung oleh kekuatan
imperialisme Amerika dari kekuasaannya.
Pada saat inilah peran Frank menjadi begitu penting. Selama Fidel
berasa dalam tahanan, Pais berpetualang dari kota ke kota, kampung ke kampung,
menanam benih perlawanan terhadap Batista. Banyak sekali yang akhirnya bersedia
bergabung dengan gerakan Frank. Frank yang memiliki kepekaan sosial yang baik
mampu meyakinkan orang-orang yang ditemuinya, baik tua ataupun muda, untuk
bersama-sama melawan kekejaman Batista.
Ia begitu rinci dan berhati-hati dalam dalam merancang gerakannya.
Ia mengatur tempat persembunyian senjata, ia rekrut orang-orang untuk mengatur
itu semua dengan baik. Ia juga ikut dalam demonstrasi para pelajar yang mulai
jengah dengan pemerintah. Sampai akhirnya pada musim panas 1955, kelompok Pais
bergabung dengan kelompok 26 Juli (M-26-7) pimpinan Fidel. Frank ditunjuk
menjadi pemimpin gerakan di provinsi Oriente.
Awal tahun 1956, pemerintahan Batista beserta aparatnya dikagetkan
dengan tembok-tembok kota yang dipenuhi oleh coretan perlawanan. Coretan
seperti "Turunkan Batista" memenuhi tiap sudut kota. Hingga pada
akhir tahun, M-26-7 memutuskan untuk memulai perjuangan bersenjata. Kaum
perempuan mulai menjahit seragam untuk para pejuang.
Mencium gerakan ini, Batista dengan segera memerintahkan polisi
untuk menggeledah rumah-rumah orang yang disinyalir terkait dengan gerakan
M-26-7. Dengan dalih mencari senjata, para polisi secara brutal memasuki tiap
rumah, menyiksa, memerkosa perempuan hingga membunuh.
Salah satu korban dari kebrutalan ini adalah Josue Pais, saudara
dari Frank Pais. Josue ditangkap lalu diekskusi. Mayatnya dibiarkan tergeletak
di pinggir jalan, seolah sebuah peringatan terhadap Frank. Alih-alih takut,
Frank semakin giat dalam mengorganisir perlawanan. Gerakannya semakin membesar
terutama di wilayah timur yang jauh dari Havana.
Perjuangan Frank terhenti pada 30 Juli 1957. Ia tertangkap ketika
tengah bersembunyi dalam sebuah rumah. Ia disiksa terlebih dahulu agar mau
memberikan informasi. Namun tak satupun informasi yang keluar dari mulut Frank.
Aparat yang geram lalu mengeksekusinya di jalan utama kota Santiago De Cuba.
Frank mati pada usia yang masih sangat muda, yakni 22 tahun. Pemakamannya
dihadiri oleh ribuan orang yang mayoritas adalah penentang kekejaman Batista.
Frank dimakamkan di sebelah saudaranya yang telah mendahuluinya, Josue
Pais.
Frank meninggalkan warisan yang sangat penting bagi Revolusi. Ia
telah menyemai bibit-bibit perlawanan, kader-kader militan yang siap dipanen
dan bergabung dengan pasukan Fidel dan Che. Mereka bertempur di pusat-pusat
kota hingga akhirnya mampu menjatuhkan Batista dan memenangkan Revolusi.
Nafriyanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar