Surya Anta saat berorasi di hadapan massa aksi FRI-West Papua dan AMP, di lapangan Polda Metro Jaya, Jakarta (1/12) |
PEMBEBASANBDG, 4
Desember 2016 - Pada 1 Desember 2016, Front Rakyat
Indonesia untuk West Papua (FRI-West Papua) dan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP)
hendak melakukan aksi menyuarakan Hak Menentukan Nasib Sendiri bagi Rakyat
Papua di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta. Namun, baru tiba di perempatan
Graha Mandiri, massa aksi yang berjumlah 200 lebih itu dihadang barisan polisi
bersenjata lengkap, berpakaian sipil, dan jumlahnya berkali-kali lipat dari
massa aksi. FRI-West Papua dan AMP dilarang berunjuk rasa di Bunderan HI.
Hanya karena mengenakan ikat kepala bintang kejora, polisi kemudian merangsek
ke barisan massa aksi, mengambil atribut tersebut sembari memukul massa aksi.
Dalam situasi chaos itu, sepuluh kawan kami diciduk,
dipukuli, ditendang, lalu dibawa ke markas Polda Metro Jaya.
Menuntut 10 kawan kami dibebaskan,
seluruh massa aksi menyerahkan diri. Di lapangan Sabhara Polda Metro Jaya,
tempat massa aksi menunggu pembebasan 10 kawan yang ditangkap, akhirnya kawan
kami dibebaskan. Di sana tampak kawan-kawan kami babak belur menghampiri massa
aksi. Di sana pula, Surya Anta menyampaikan orasinya yang kemudian ditranskrip
oleh salah satu anggota Pembebasan KK Bandung, Uga Kumito. Berikut transkrip
orasi Surya Anta:
Wa.. wa.. wa..
wa.. wa.. wa.. wa..
Kami, orang-orang
Indonesia, memberi hormat dan permintaan maaf terhadap kawan-kawan Papua dan
Rakyat dan bangsa Papua. Kami meminta maaf karena banyak tentara kami, polisi
kami, telah membunuhi orang-orang hitam rambut keriting. Kami meminta maaf,
tapi bukan berarti kami akan duduk dan diam saja. Kami akan tetap bersama
kalian.
Kenapa? Karena
dalam konstitusi kami, sudah termaktub bahwa kemerdekaan ialah? HAK SEGALA
BANGSA. Kemerdekaan adalah? HAK SEGALA BANGSA. Dan sesungguhnya, bangsa
Indonesia adalah bangsa yang lahir karena melawan kolonialisme, karena melawan
fasisme Jepang, karena melawan rasisme kulit putih.
Kami sekarang
sedang belajar lagi apa itu demokrasi. Kami sekarang sedang belajar lagi apa
itu kemanusiaan. Kami sekarang sedang belajar lagi apa itu artinya militansi
dan pengorbanan.
Hari ini kita
dipukul, orang-orang Indonesia yang ada di sini. Tapi bagi kami, sumbangsih
kami tidak lebih dari seujung kuku. Kenapa? Penderitaan orang-orang Papua sudah
begitu dalam! Setiap hari dibunuhi, setiap hari diculik, setiap hari ditabrak
lari, setiap hari ada yang dibuat gantung diri, ada yang diperkosa.
Masih ingat kawan
Yawan Wayeni? Ususnya terburai tapi ia masih saja berlari dan tentara langsung
menembaknya. Masih ingat kawan Yustinus Mulebu? Masih ingat kawan Kelik Kwalik?
Ia diserahkan ke polisi tapi setelah itu [brimob] menembaknya.
Kami dipukul, saya
dipukul. Tapi bagaimanapun, dipukuli, ditendang, tapi bagaimanapun, itu belum
seujung kuku pengorbanan Rakyat Papua.
Orang-orang
Indonesia harus belajar lagi demokrasi. Orang-orang Indonesia harus belajar
lagi semangat melawan kolonialisasi. Orang-orang Indonesia harus belajar lagi
bagaimana melawan situasi dalam ketakutan. Kami sedang belajar dari kawan-kawan
Papua. Terima kasih atas pelajarannya.
Hormat!
Hidup Papua! Hidup
Papua! Hidup bangsa Papua! Hidup bangsa West Papua! Terima kasih. Hormat diberi.
Wa.. wa.. wa..
wa.. wa.. wa.. wa..
Baca juga : Diskusi Sejarah Penindasan Rakyat Papua
really nice and interesting post. i enjoyed it so much.
BalasHapusดูบà¸à¸¥à¸ªà¸”
ผลบà¸à¸¥à¹€à¸¡ื่à¸à¸„ืน
ผลบà¸à¸¥à¸ªà¸”