Setelah Posko Juang Rakyat Kebon Jeruk Roboh, Ridwan Kamil Mengunjungi Stasiun Bandung

Rakyat Kebon Jeruk yang menjadi korban penggusuran oleh PT KAI dibantu Pemkot Bandung sedang memunguti sisa sisa reruntuhan posko yang rubuh akibat diterjang hujan deras dan angin kencang (13/11/2016). Foto: Irfan Pradana.

PEMBEBASANBDG, 13 November 2016. Posko juang Rakyat korban penggusuran oleh PT. KAI Daop II, Bandung, Kebon Jeruk, siang hari tadi luluh lantak diterjang angin yang disertai derasnya guyuran hujan. Tenda ini sebelumnya dibangun secara swadaya sebagai alat perjuangan Rakyat Kebon Jeruk, juga sebagai tempat berteduh, setelah 4 bulan lalu, tepatnya 26 Juli 2016, rumah-rumah dirobohkan PT. KAI Daop II dengan memobilisasi 1.143 personil gabungan (Polisi, Polsuska, Satpol PP dan TNI). Melibatkan juga karyawan-karyawannya. Setelah dirobohkan tanpa penggantian, Rakyat Kebon Jeruk mendirikan tenda juang sebagai tempat bernaung dan berdagang ala kadarnya.

Saat kejadian berlangsung, terdapat 10 orang termasuk 2 anak yang tengah berada di dalam tenda. Kejadian bermula ketika hujan disertai angin menerjang hampir di seluruh wilayah kota Bandung, tenda yang dibangun dari bambu praktis tak mampu menahannya. Posko juang yang dirancang menggunakan bambu, seketika ambruk diterjang hujan-angin. "Sebelum roboh, posko dihempas angin kemudian limbung ke kanan, setelahnya langsung roboh", ujar nenek Marni yang berada di lokasi kejadian. Bahkan nenek Marni (64) tertimpa bambu penyangga posko. Perempuan berusia setengah abad lebih dengan rambut putih itu menderita luka, darah berceceran keluar dari kepalanya.

Warga yang menolak Rusunawa lebih memilih mendirikan posko daripada direlokasi ke Rancacili. Seperti diungkap Rosyid dalam diskusi film dokumenter "Jakarta Unfair" beberapa hari lalu, menurutnya, "sedari awal penggusuran, pemkot tak pernah sama sekali mempertimbangkan kepentingan Rakyat yang rumahnya digusur. Hal ini ditunjukan dengan kebijakannya yang secara sepihak dan nampak terburu-buru memindahkan Rakyat Kebon Jeruk yang tergusur ke Rusunawa Rancacili. Ini menjadi persoalan baru karena, selain bangunannya tak layak, Rusunawa tak mampu mengakomodir kebutuhan ekonomi para korban. Letaknya yang jauh dari akses publik tentu tak bisa dijadikan lahan usaha, padahal hampir seluruhnya Rakyat Kebon Jeruk yang tergusur adalah pedagang".

Rosyid selaku korban penggusuran menegaskan sambil berkelakar, bahwasanya Rusunawa itu kepanjangan dari Rumah Susun Cabut Nyawa. "Lebih baik kami bertahan di atas tanah yang dulunya rumah kami dengan mendirikan posko, daripada harus ke Rumah Susun Cabut Nyawa (Rusunawa), Rancacili".

Beberapa jam usai kejadian runtuhnya posko oleh angin disertai hujan deras, kira kira 100 meter jaraknya dari posko, Walikota Bandung, Ridwan Kamil, mengunjungi stasiun Bandung yang terendam banjir.

Baca juga:

Hingga saat berita ini ditulis, sembari diguyur gerimis hujan, Rakyat Kebon Jeruk tengah mendirikan kembali tenda dari puing-puing yang tersisa. Agar bisa digunakan kembali sebagai tempat berteduh, juga tidur malam. Usaha berjualan pun terpaksa berhenti sampai posko juang berdiri kokoh.

(Irfan Pradana Putra)


PEMBEBASAN Bandung

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar