Gambar diambil dari https://wall.alphacoders.com/big.php?i=830 |
[Cakrawala Pradana]
Kuba 1956 di dalam ganasnya hutan, Che harus terpisah dari iring-iringan geriliyawan karena penyakit asmanya kambuh.
Meski sebelumnya, kawan-kawan Che sempat membantu dengan membawakan barang
bawaannya bahkan membopong tubuhnya, namun Che merasa bahwa ia akan menghambat
perjalanan. “Aku di sini untuk bertarung, bukan untuk dirawat”, bentaknya pada
seorang kawan yang coba membantunya. Seorang petani yang kebetulan melintas
menyarankannya untuk menghisap bunga Campana (sejenis Kecubung). Campana dalam
budaya lokal setempat dianggap berkhasiat untuk meredakan sesak napas. Meski
tidak berpengaruh cukup besar, namun itu menjadi awal kegilaannya dalam
menghisap cerutu.
Cerutu memiliki arti yang cukup penting bagi
Che. Cerutu menurutnya adalah bagian dari revolusi. Melalui cerutu, Che hendak
memperkenalkan kearifan lokal Kuba yang terkenal akan kekhasan aroma
tembakaunya kepada dunia. Cerutu pertama yang ia hisap adalah ketika ia larut
dalam kegembiraan karena dapat bergabung kembali dengan pasukan geriliyawan
pada bulan desember 1956. Setelah itu bisa kita lihat ratusan potret Che yang
tengah menyesap cerutu.
Kegilaan Che pada cerutu ia tuangkan dalam
tulisan. Che menyarankan para geriliyawan untuk menyisakan ruang dalam mereka
untuk cerutu selain tempat tidur gantung, plastik pelindung dari hujan,
selimut, pelumas senjata, air bersih, serta obat-obatan. Leonardo Tamayo,
ajudan Che yang ketika itu masih berusia 16 tahun memberi kesaksian bahwa Che
adalah orang yang pertama kali mengajarkannya cara merokok. “Che melemparkan
sebuah puntung cerutu miliknya”, tukas Tamayo. Bahkan sekali waktu Che pernah
mengkalim bahwa asap cerutu ampuh untuk mengusir ganasnya nyamuk di hutan.
Usai Revolusi
Setelah revolusi, Che mendapatkan posisi
strategis dalam pemerintahan Castro. Che tidak meminta rumah ataupun barang
mewah, dia juga tidak meminta pelayanan khusus, Revolusioner asal Argentina ini
hanya meminta agar pasokan buku dan cerutu untuknya terjamin. Dia suka menghisap
cerutu berukuran besar berbagai merek, seperti Montecristo, H. Upmann dan
Partagas, tapi itupun tidak selalu menjadi sebuah keharusan. Carlos Lugo,
seorang perwira muda berkata “Suatu waktu aku pernah bersinggungan badan dengan
Che, lalu tiba-tiba dia mengambil sekotak cerutu yang berada dalam saku
pakaianku. Beberapa waktu kemudian aku bertemu lagi dengannya dalam sebuah
persiapan perang di Nikaragua, aku menagihnya untuk membayar cerutu yang ia
ambil, namun ia pura-pura lupa”. Papar Lugo.
Tuntutan revolusi mengharuskan Che
mencurahkan tenaga dan pikirannya. Hal itu menyebabkan Che hampir tak pernah
tidur. Ketika letih melanda, cerutulah tempat ia berpaling. Setiap kali ada
jeda, ia hampir tak pernah lupa untuk membakar cerutunya. Seorang kawannya
bahkan menyebut bahwa Che, jika dia bisa, akan menghisap cerutu melalui
bokongnya.
Ketika penyakit asmanya semakin memburuk, Che
diperingati oleh dokternya untuk berhenti menghisap cerutu. Sontak saja
himbauan itu menyiksa Che. Segera ia menuntut keringanan dari sang dokter.
Hasilnya dia diperbolehkan untuk menghisap cerutu lagi tapi hanya satu batang
per hari. Lalu apa yang kemudian dilakukan oleh Che? Dia melinting sendiri
cerutu sepanjang hampir 20 cm!
Cerutu Che di Kongo
Che yang seorang internasionalis pada
akhirnya tergerak untuk terlibat dalam perjuangan pembebasan di Kongo, Afrika.
Sebuah potret menunjukan Che sedang menghisap pipa cangklong sembari
menggendong bayi Afrika. Selama di Kongo, Che kerap menggunakan cerutu sebagai
penghargaan bagi prajurit yang bekerja dengan baik. Medan yang berat tak jarang
membuat berbagai kebutuhan menjadi sulit untuk didapat. Satu-satunya jalan kala
itu adalah dengan menyebrangi danau besar bernama Tanganyika dengan risiko
dihujani peluru oleh musuh. Kondisi ini juga otomatis berpengaruh terhadap
ketersediaan tembakau. Sekali waktu Che sampai harus melinting tembakau hingga
mencapai panjang 40 cm demi memenuhi kebutuhannya selama 40 hari ke depan.
Tembakau Afrika terlalu kuat bagi orang-orang Amerika latin. Sebuah kejadian
lucu pernah terjadi ketika Che dan kawannya Emilio Aragones tak tahan ingin
merokok. Mereka akhirnya mencoba menghisap tembakau Afrika. Begitu kuatnya efek
tembakau Afrika hingga membuat Che dan Emilio akhirnya terjungkal karena pusing.
Cerutu Terakhir
Saat misinya di Kongo usai, tibalah waktunya
bagi Che untuk memulai perjalanan ke Bolivia. Sebuah perjalanan yang akhirnya
mempertemukan seorang dokter marxis itu pada ajalnya. Che menerima sekotak cerutu
pemberian “terakhir” dari Fidel Castro. Che lalu menikmatinya bersama
pasukannya di pegunungan Andean pada 22 Maret 1967. Momen ini diceritakan oleh
Tamayo, “Che mengambil satu batang lalu membagikan sisanya”.
Gambar: google |
Che membeli tembakau untuk terakhir kalinya
di La Higuera, sebuah dusun terpencil di pegunungan Bolivia. Di sanalah
beberapa hari kemudian Che dieksekusi oleh seorang perwira militer setelah
sebelumnya ditangkap dalam keadaan terluka. Che menghadapi kematian dengan
tenang dan berani. Di gedung sekolah yang diubah menjadi sel darurat, salah satu
penjaga Che memenuhi keinginannya, yakni sebatang cerutu. Che menghisapnya
dengan nikmat, sampai tiba akhir perjalanan hidupnya.
Great and thanks! If you have any trouble, just let me know!
BalasHapusแทงบอล