Aksi Menolak Kebrutalan Aparat Brimob di Deiyai

Foto Oleh: Tri S.

Pembebasan Bandung, 9 Agustus 2017—Puluhan massa aksi yang tergabung  dalam Front persatuan rakyat dan mahasiswa anti militerisme (Pembebasan, AMP, PPRI, DAN FRI-WP) kembali menggelar aksi menuntut tanggung jawab pemerintah atas kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Deiyai, West Papua, beberapa waktu lalu. Sama seperti aksi sebelumnya, aksi kali ini  juga dilakukan di depan pusat perbelanjaan Bandung Indah Plaza (BIP).

Dalam orasinya massa aksi mengabarkan banyaknya kejahatan-kejahatan dan pelanggaran HAM yang dilakukan militer terhadap rakyat West Papua, khususnya di Deiyai. Massa aksi juga menjelaskan bahwa kejahatan di Deiyai dilakukan oleh gabungan satuan Brimob hingga menewaskan satu orang warga sipil dan melukai belasan lainnya.

Berawal dari kemarahan warga karena pihak PT. Dewa tidak mau menolong warga (douw) yang tenggelam di kali Oneibo. Warga setempat sudah berusaha menolong warga tersebut namun ketika mereka mencoba meminta bantuan kepada karyawan PT. DEWA yang sedang mengerjakan jembatan kali di Oneibo untuk mengantarkan korban tenggelam di ke RSUD Madi, Paniai. Permintaaan tersebut ditolak oleh karyawan perusahaan. Karena tidak dibantu, seorang warga berlari menuju ke Wagete yang jaraknya sekitar 9-10 kilometer. Akibatnya nyawa korban tenggelam pun tidak tertolong.

Setelah kembali dari RSUD Madi, warga naik pitam kepada PT. Dewa. Menurut warga jika pihak PT. Dewa cepat membantu dan membawa korban yang tenggelam itu ke rumah sakit, maka nyawa korban kemungkinan akan selamat dengan bantuan medis. Warga yang marah kemudian melampiaskannya dengan membongkar pos penjagaan perusahaan. Beberapa saat kemudian pasukan bersenjata lengkap dari satuan Brimob polres Paniai turun ke lokasi dan membubarkan paksa warga dengan rentetan tembakan. Akibatnya, tujuh orang warga tertembak. Satu diantaranya yang bernama Yulianus Pigai tewas, dan belasan lainnya luka-luka.

Awalnya aksi dilakukan di depan Polrestabes Bandung, yang mereprensentasikan institusi yang melakukan penembakan di Deiyai. Namun pihak kepolisian menolak lokasi aksi tersebut dengan alasan yang tak rasional dan tidak demokratis, padahal surat pemberitahuan sudah dilayangkan kepada pihak kepolisian sebelumnya.

Dengan penolakan lokasi tersebut pihak kepolisian menawarkan lokasi aksi berpindah di depan Gedung Sate, seharusnya pihak kepolisian tidak berhak mengubah lokasi aksi jika surat perizinan tersebut sudah disampaikan. Setelah adanya negosiasi humas aksi dan pihak kepolisian, maka aksi digelar di depan mall BIP.

Dalam aksi ini mereka menuntut :
  1. Indonesia harus bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan di Deiyai Papua.
  2. Tangkap adili dan penjarakan pelaku penembakan yang telah menewaskan 1 orang dan luka parah 6 warga lainya.
  3. Tutup PT.Dewa dan perusahaan lainya yang merupakan dalang kejahatan diatas tanah Papua.
  4. Menolak rencana pembangunan pangkalan militer TNI AU dan Mako Brimob di Yahukimo.
  5. Menolak rencana pembangunan pangkalan militer TNI AU tipe C di Wamena, Jayawijaya.
  6. Menolak rencana pembangunan pangkalan tempat pelatihan militer di Kaimana.
  7. Tarik militer organik dan non organik dari tanah Papua.
  8. Buka seluas-luasnya ruang kebebasan pers dan hak menyampaikan pendapat di muka umum. Dan kepada PBB, kami menyerukan :
  9. Berikan hak penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua sebagai penyelesaian persoalan Papua, sesuai hukum Internasional.
(Jon)

PEMBEBASAN Bandung

Mari Berteman:

1 komentar:

  1. Bosan dengan game yang tidak jelas? Dan Ingin game yang menarik ? silahkan kunjungi saja web kami di s1288poker terbaik, tercepat, teraman & terpercaya kami disini juga menyediakan berbagai game judi online yang tidak kalah serunya seperti Poker, Domino, Capsa , Ceme, ceme keliling dan live poker serta anda juga akan di temanin oleh CS kami yang ramah dan online 24jam (WA : 08122221680)

    BalasHapus