Wawancara Korban Penggusuran



Transkrip wawancara antara Yoga dengan Pak Rosyid (salah satu koordinator warga Kebon Jeruk yang digusur). Wawancara dilakukan pada hari Rabu, 17 Agustus 2016. Tempat, kantor RW Kebon Jeruk yang digusur.
---
Sumber, grup WA PEMBEBASAN BANDUNG.
---
Transkrip ini selesai dibuat pada Kamis, 18 Agustus 2016, jam 10.47 WIB. Oleh, Zulfi Syaiful Mimbar



1. Tentang kepemilikan tanah.




Y: Pak, kan kata bapak, PT KAI itu gak punya legal kepemilikan tanah yang baru-baru ini digusur.

W: Iya.
Y: Itu Bapak punya statemen kayak gitu, buktinya apa?
W: Kalo betul PT KAI punya, itu simpel jawabannya, PT KAI mungkin akan membawa ke meja hijau. Seperti itu. Supaya ada pembuktian.
Y: Tapi Bapak sempet tantang, istilah kasarnya, tantang mereka buat, "Ayo kita ke pengadilan!", sempet gitu gak?
W: Seharusnya itu pihak PT KAI yang mengklaim. Itu seperti itu. Seharusnya PT KAI. Bukan kita. Yang mengklaim itu yang harus ke meja hijau. Tapi menurut saya itu.
Y: Sejauh ini, PT KAI gak ada tindakan itu, tiba-tiba turun aparat aja tanpa surat pemberitahuan, gitu?
W: Oh iya seperti itu. Dan kalo tidak salah juga pernah BPN yang datang ke sini untuk mengukur, dengan beberapa karyawan PT KAI, terus ditanyakan oleh BPN. Dan sempet beberapa tokoh masyarakat juga menanyakan, "Pengukuran apa?" Dan kalo ini bener PT KAI yang mau mengukur, titik nolnya di mana? Kan harus jelas. Tapi tiba-tiba setelah, karena oleh warga ditolak, karena tidak tau titik nolnya, akhirnya BPN pergi. Dan tidak lama kemudian, setelah itu, sekitar satu minggu atau tiga harilah, pihak BPN memberikan koresponden surat kepada warga. Itu ada buktinya, bahwa PT KAI akan mengajukan sertifikat. Itu, yang saya tau. Karena, sekarang juga masih ada dokumen dari BPN-nya.
Y: Artinya itu menunjukkan bahwa PT KAI belum sah..
W: Belum mempunyai, belum sah.
Y: Siap, siap.



2. Tentang kronologi singkat saat penggusuran terjadi.



Y: Pak Rosyad, (ada suara yang meralat nama, bilang "Pak Rosyid"), Pak Rosyid coba tolong ceritain gimana kronologis pas, ee, pas penggusuran itu terjadi. Jam berapa, gimana situasinya. Secara singkat aja.

W: Secara singkat, ketika itu, saya dan seluruh warga tidak tahu bahwa itu ada eksekusi. Kirain ada pengepungan teroris. Karena begitu banyak. Ya warga tidak menyadari bahwa itu akan eksekusi. Tidak. Karena itu banyak sekali. Kirain teh mau kepung teroris.
Y: Kira-kira dari unsur mana aja, Pak, dari unsur [yang] banyak itu? Dari TNI kah, polri kah, atau apa kah?
W: Seluruh aparat ada. Seluruh. Dari TNI, polri, satpol PP, ada. Ada semua.
Y: Kira-kira kalo dijumlah berapa, Pak?
W: Kurang lebih, kalo menurut informasi, ada 1600 di dalam. Dan belum yang di luar.
Y: Menghadapi berapa warga?
W: 63 KK.
Y: 63 KK berarti kalo dikalkulasikan kali tiga, misalkan, ya, berarti 180-an orang, berarti ya?
W: Iya betul. Seperti itu. Tapi reaksi dari warga itu tidak melawan. Cukup mundur.
Y: Itu jam berapa, Pak?
W: Jaam.. sekitar jam sembilan.
Y: Sembilan pagi?
W: Sembilan pagi.
Y: Oh, orang-orang lagi sibuk di luar.
W: Lagi aktif semua, pokoknya. Ada yang sekolah, ada yang masak, ada yang lagi goreng bala-bala. Begitu, emang seperti itu. Tiba-tiba ada banyak petugas. Kirain mau nangkap teroris, ternyata kita kadang-adang. Wah, ini teroris nih. Tiarap aja dulu. Ternyata keluarlah beko.
Y: Terus sikap Bapak dan rakyat sini, warga sini, gimana?
w: Oh nyamperin ke sana, ke para petugas. Dan minta waktu untuk mengeluarkan barang tersebut. Ya, barangkali bisa untuk mediasi.
Y: Bapak minta waktu sebentar buat evakuasi barang-barang yang...
W: Barang-barang supaya dikeluarkan.
Y: Tapi jawaban dari aparat gimana, eksekutor?
W: tetap mundur, katanya gitu. Jadi sama sekali tidak dikasih waktu. Akhirnya ya..
Y: Barang-barang Bapak dan warga lainnya..
W: Dibawa, dieksekusi. Langsung dibawa ke Sukabumi, Jalan Sukabumi. Dibawa semuanya ke sana. Cuman ada beberapa warga yang emang bisa menyelamatkan barang-barangnya karena belum, karena jajarannya panjang, mereka sempet dulu mengeluarkan, tapi sebagian juga ada yang terbakar. Karena ketika eksekusi, itu sempet nyala, nyala listrik juga waktu eksekusi. Sebentar cuman nyalanya. Jelegur we kaluar seuneu. Reuwas saya ge. Sugan teh aya naon. Itu sempet nyala sebentar. Gitu.



3. Tentang gejala stres yang dialami warga.



Y: Pak, kabarnya ada warga yang tingkat stresnya udah tinggi. Itu bener gak, Pak?

W: Betul.
Y: Contoh konkretnya gimana?
W: Yang pertama, mungkin, karena mereka, satu, tidak ada yang tersisa barang-barangnya.
Y: Contoh konkret mereka, indikator tingkat stres mereka tinggi itu, mereka pernah menyaksikan sendiri gak?
W: Menyaksikan. Kadang-kadang, waktu ada tenda, dia mau mandi, malah diliat aja embernya, mandi enggak. (Ada suara, "Suka aneh, ya, Pak.) Pak siapa, mas.. Pak Parno kalo gak salah. Iya. Koteu, teu mandi, mandi (mungkin meniru ucapan saat melihat kejadian Pak Parno) kalah ninggalikeun emberna. Kan bingung. Ges dibawa caina mah.
Y: Itu hanya menimpa pak itu doang atau banyak...
W: Banyak. Iya. Cuma yang diperhatiin sama saya itu, yang kelihatan sama saya. Stres. Stres. Saya kan bilang di media bahwa warga RT 03 RW 02 itu, loh ini stres. Bahkan saya memohon, minta dokter ahli jiwa. Iya. Warga ada yang sakit jiwa, kata saya kan gitu. Sieun gelo atuh, A. Nya reuwas abdi ge ari kitu mah, ari warga abi jadi kudu garelo mah. Kitu.
Y: Jadi ini, jadi fenomena umum gitulah ya, tidak hanya satu.
W: Iya.



4. Tentang riwayat singkat warga mendiami lokasi tersebut.



Y: Bapak ini generasi ke berapa?

W: Saya generasi ketiga. Umur saya 51.
Y: Tadi Bapak sempet sebut ada, ini dari tahun '47 itu si...
W: Pak Toto. Lahirnya tahun '47. Sudah ada di statsion. Iya itu juga generasi ketiga. Dulu mah da bukan PJKA. SS, jadi station spoor gitu.
Y: Jadi kalau diperkirakan, warga [digusur] sini tuh, udah dari tahun berapa? Kalo Bapak generasi ketiga, berarti dari sekitar tahun berapa?
W: Kalo ini, tahun '95-anlah.
Y: Enggak, yang bermukim di sini, dari tahun berapa.
W: Wah, udah lama atuh, tinggal ngitung we atuh da barisa ngitung.
Y: Hahahaha. '47 generasi katilu berarti nya?
: Ya tinggal ngitung we ku sorangan da barisa ngitung. Kalieur-lieur. Da moal aya nu mere duit atuh.
Y: Siap, siap. (setelah sebelumnya tertawa).



5. Tentang dasar warga mendiami tempat yang kini digusur.



Y: Pak, dasar Bapak dan warga mendiami lokasi ini apa, Pak?

W: Karena itu ada izin dari pemda.
Y: Tahu berapa itu, Pak?
W: Itu kalo diliat karena seluruh dokumen itu dikumpulkan di koordinator. Ada orang-orang yang pegang suratnya. Kalo tahunnya saya gak bisa lihat. Tapi kalo pengen jelas, bisa difotokopikan oleh saya dan diperlihatkan.
Y: Kabarnya, warga sini dapet surat izin itu ngeluarin uang juga ya, Pak?
W: Ya, kita beli bangunannya. Beli itu! Iya.
Y: Dan bener Bapak dan warga yang lain bayar PBB juga, kan?
W: Oh bisa diperlihatkan. Fotokopinya ada, yang aslinya ada.



6. Tentang rusun dan bantuan yang telah diterima warga.



Y: Menurut Bapak, apakah lokasi rusun layak untuk tempat tinggal warga?

W: Kalo menurut saya. Emang dikatakan layak juga bisa. Cuma yang tidak layak itu, satu, tidak bisa dipakai usaha. Untuk dibuka perekonomian, itu agak sulit, kalo menurut saya. Karena mereka adalah kaum pedagang yang harus beradaptasi di lingkungan. Sedangkan lingkungan itu sudah dipegang oleh para pemukim yang pertama, yang sudah dua tahun. Sekarang mau jualan apa? Karena mereka juga sebagian sudah dagang.
Y: Kendalanya itu?
W: Iya. Terus, tidak layaknya kenapa? Karena lebih baik di rusunawa daripada tinggal di tenda, meskipun bayar. Tujuannya ya supaya mereka ini...
Y: Kendala-kendala saat ini tinggal di rusun, apa, Pak? Itu kan udah jelas positifnya ya, daripada tinggal di tenda mending tinggal di rusun. Tapi kendala-kendalanya apa? Misal, kata Bapak tadi kan, warga belum punya pendapatan.. mesti bayar, walaupun cuma seratus lima puluh
W: Oh iya, jelas... Sekarang harus bayar dari mana, kalo mereka tidak berdagang atau berjualan? Harus makan dari mana mereka, karena tidak ada penghasilan?
Y: Sejauh ini warga yang digusur ini dapet sandang dari mana?
W: Kebetulan, karena ada dari pihak-pihak mahasiswa-mahasiswi, juga dari orang-orang yang peduli kepada warga. Sementara ini ya alhamdulillah ada. Tapi kan kalo terus menerus sampai begini, saya rasa, mungkin, bosen yang ngasihnya juga.
Y: Kalo dari pemerintah, upaya apa yang sudah mereka lakukan? Tanggung jawab apa soal sandang dan pangan?
W: Hanya satu kali dari dinsos. Yaitu pengiriman sembako berupa beras, Indomie, sarden, juga ada... Ya seperti itu. Terus obat-obatan dari Pak Camat.
Y: Baru satu kali itu ya, Pak?
W: Satu kali, waktu kejadian.
Y: Sesudah dua puluh hari ini, baru satu kali?
W: Iya.

PEMBEBASAN Bandung

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar