Gambar diambil dari: http://www.wallpaperup.com/234275/cartoons_Communist_Peter_Griffin_simple_background.html |
Oleh: Helen Razer
Dalam
pendahuluan singkat Manifesto Komunis, salah satu naskah yang paling
banyak dibaca sepanjang sejarah, kau bisa bilang kalau para penulis naskah
itu telah mengalaminya, bahkan sampai ke jenggot mereka. Karl Marx dan
Friedrich Engels jelas sudah muak untuk menjelaskan bahwa komunisme bukanlah
sinonim untuk kejahatan atau kenaifan, tapi merupakan sebuah tahap sejarah yang
penting untuk perkembangan semua orang. Pada 1848, mereka menuntut untuk segera
mengakhiri perbincangan orang-orang Eropa yang ketakutan pada “momok”
komunisme. Meski telah lebih dari satu setengah abad setelahnya, gosip
menggelisahkan soal komunisme masih saja berlanjut.
Marx mungkin termasuk dalam barisan pemikir-pemikir berpengaruh di dunia. Karyanya, bagaimana pun, nyaris tak diajarkan di Barat sekarang. Sekarang ini mungkin kita hanya tahu tentang Marx sekadar-sekadar saja, tapi itu saja sudah cukup untuk membuat kita punya keyakinan yang kuat bahwa gagasannya sudah hancur bersamaan dengan runtuhnya Tembok Berlin.
Baiklah.
Tidak hancur. Tembok itu tak pernah berisi komunisme. Dan, toh, komunisme
mengandung beberapa gagasan yang masih sangat menarik, terutama pada saat-saat seperti
sekarang ketika kemerosotan ekonomi telah dirasakan oleh begitu banyak
orang.
Komunisme adalah sistem organisasi sosial yang belum pernah benar-benar dicoba dan, akhir-akhir ini, tidak pernah benar-benar dijelaskan. Tetapi hal itu membikin adanya rasa takut pada beberapa orang, cemoohan pada yang lain, dan ketidakpedulian yang hampir universal atas apa yang sebenarnya dimaksudkan untuk disampaikan olehnya.
Kau bisa membaca Marx untuk dirimu sendiri, tentu saja, dan mendapati bahwa komunisme-nya ternyata tidak dibuat dari monster yang suram tapi merupakan pertimbangan kompleks menuju evolusi sosial masa depan. Banyak cirinya yang bahkan bisa diterima oleh Tantemu yang konservatif, jika saja dia mau membacanya juga. Tapi, mengingat bahwa a) Marx itu berat, dan b) kau terlalu sibuk melipatgandakan keuntungan untuk para babi kapitalis setiap harinya, jadi mari kita berikhtisar.
Ada banyak pemikir sosialis dan komunis yang signifikan, namun fakta bahwa kebanyakan mereka yang menyebut dirinya Marxis adalah karena apa yang ditulis oleh orang ini—terutama tiga jilid Kapital—merupakan fondasi dasar. Tapi, kau sibuk, dan Kapital sangatlah panjang dan pasti membuatmu tidur kapan saja di Volume 2.
Sebagai orang yang membutuhkan Marx tapi tak punya banyak waktu untuk membacanya, kita akan cepat-cepat saja. Mari baca beberapa anak judul ini sebelum nanti bersama kita mengubah dunia.
Apa
sih bedanya komunisme, sosialisme, dan liberalisme?
Pertama-tama,
sebelumnya kau perlu merasakan derita bagaimana membosankannya ketika kita
mendefinisikan beberapa istilah. Di sini kita mulai: Sosialisme dan komunisme
dan liberalisme bukanlah kata-kata yang dapat saling dipertukarkan. Hanya
karena sayap kanan alternatif melemparkan istilah-istilah ini dari dalam tas
jinjing Make-America-Great-Again yang penuh penghinaan (yang juga
mungkin termasuk "feminazi", "pejuang keadilan sosial," dan
"kepingan salju"), itu semua punya perbedaan makna. Meskipun mereka
menganggap menjadi "liberal" identik dengan menjadi komunis, ini
merupakan kategori pemikiran yang sangat berbeda.
Kaum
liberal, entah secara progresif atau konservatif, percaya bahwa masalah sosial
sebagian besar berasal dari moral individu yang buruk. Calon presiden AS
Hillary Clinton, misalnya, mengatakan bahwa intoleransi moral terhadap
minoritas adalah masalah besar bagi Amerika; Presiden AS Donald Trump
mengatakan bahwa hak istimewa moral kita terhadap minoritas adalah masalah
besar bagi Amerika.
Komunis
tidak bisa menyetujui semua proposisi tersebut. Komunis setuju bahwa penindasan
terhadap kaum minoritas adalah masalah sejati—dengan berapi-api,
sebenarnya—tapi mereka tidak melihat moral buruk orang sebagai asal-usul
masalah-masalah ini. Sebaliknya, penindasan ini adalah hasil dari apa yang
disebut "corak produksi" kita, yang merupakan cara kita mengatur
sarana kita untuk bertahan hidup. Saat ini, sistem itu adalah kapitalisme.
Komunisme adalah kritik dan penangkal kapitalisme, dengan segala
permasalahannya, termasuk pembagian sosial dan budaya.
Seorang liberal percaya bahwa kapitalisme dapat menjadi manusiawi. Mereka menggunakan ungkapan seperti "kapitalisme kroni" untuk menunjukkan bahwa kapitalisme hanya buruk bila yang menjadi kapitalis adalah orang jahat. Seorang sosialis adalah mereka yang skeptis tentang hal ini. Sedangkan seorang komunis, adalah mereka yang sama sekali tidak mempercayainya. Dengan kata lain, kaum liberal berpikir beberapa apel yang buruk-lah yang dapat merusak pasokan. Tapi seorang komunis berpikir bahwa peti tempat pasokan itulah yang rusak.
Seorang
komunis adalah seorang sosialis, namun seorang sosialis belum tentu seorang
komunis. Seorang komunis percaya bahwa sosialisme adalah fase historis yang
mendahului komunisme dan mengikuti kapitalisme. Sosialisme adalah sistem di
mana negara adalah pemilik penuh atau sebagian dari keseluruhan properti.
Komunisme adalah kepemilikan kolektif atas semua properti. Seorang sosialis
mungkin sudah bisa riang hanya dengan sedikit memindahkan atau mengatur hal-hal
dan, katakanlah, memastikan bahwa bank investasi yang telah berperilaku tercela
tidak selalu menjadi penerima
manfaat pertama kesejahteraan pemerintah.
Seorang
komunis menginginkan lebih dari itu. Seorang komunis mencari penghapusan hak
milik, baik yang dipegang oleh negara atau perusahaan swasta dan juga warga
negara; Mereka ingin kita semua memiliki segalanya dan menjadi diktator bagi
kita sendiri. Seorang komunis mencari kondisi untuk mengakhiri negara
sepenuhnya dan membuat semua masyarakat manusia dikelola secara kolektif.
Jalan
menuju komunisme
Untuk
memastikan argumennya bahwa corak produksi adalah titik awal dari banyak
gagasan dan pengalaman hidup kita, Marx kembali pada waktunya. "Sejarah
semua masyarakat yang sampai sekarang ada adalah sejarah perjuangan
kelas," tulis Marx yang masyhur. Artinya, kerja keras banyak orang telah
memastikan kenyamanan beberapa orang sejak Revolusi Neolitik. Inilah perjuangan
kita.
Dalam ekonomi budak, kebanyakan dari kita adalah budak. Dalam ekonomi feodal, kebanyakan dari kita adalah hamba. Dalam ekonomi kapitalis, kita menjadi pelayan kelas kecil kapitalis.
Dalam
corak produksi perbudakan, budak itu memberikan semua tenaga kerja mereka—atau
apa yang disebut oleh Marx sebagai "surplus"—kepada para pemilik
budak. Di bawah feodalisme, hamba memberikan sekitar 50% dari surplus mereka
kepada tuannya. Di bawah kapitalisme saat ini, kita memberikan banyak surplus
kita kepada atasan kita. Kau bisa mendapat gaji dalam dua atau tiga jam, dan
sisa pekerjaanmu berubah menjadi keuntungan dari perusahaan tempatmu banting
tulang. Jika bisnis gagal menghasilkan keuntungan—yang diperoleh dari surplus
yang diberikan oleh pekerja—maka itu tidak akan menjadi bisnis yang sangat
lama.
Liberal
progresif percaya bahwa jika kita mendorong pemilik usaha untuk menjadi orang
yang lebih baik, eksploitasi ini tidak akan terjadi. Tapi komunis percaya bahwa
eksploitasi itu tak terelakkan.
Anda
mungkin berpikir keinginan individu lebih kuat daripada corak produksi. Untuk
hal ini, seorang komunis, terutama yang dalam suasana hati yang buruk, mungkin
akan melawanmu dengan gambar anak-anak Kongo yang sedang mencari unsur langka
yang digunakan di dalam gawai canggih kita. Tidak ada jumlah pelatihan asertif
yang mampu membantu anak itu berhasil. Corak produksi kita memainkan peran yang
sangat penting dalam pengembangan anak itu: Kapitalisme membutuhkan tenaga
kerja murah untuk tetap berfungsi. Bagi seorang komunis, wajah sejati
kapitalisme adalah penambang kecil ini. Jika kita menginginkan kebajikan, itu
bukan, sebagaimana berdasarkan kepercayaan liberal, "semua dimulai dengan
saya". Itu dimulai dari corak produksi.
Rahasia
besarnya adalah bahwa Marx benar-benar terkesan oleh kapitalisme, corak
produksi kita dalam tahap sejarah ini. Sebanyak dia mendesak para pekerja di
dunia untuk merebut mesin mereka dan mengklaim produk dan peralatan kerja
mereka sebagai properti kolektif—dia memuji kapitalisme. Dia melihat kelimpahan
yang bisa diciptakannya dan dia meramalkan ketika mesin
bisa melakukan banyak pekerjaan dan inovasi yang membosankan
tentu akan memecahkan banyak masalah manusia.
Komunis
percaya bahwa kapitalisme menghasilkan krisis reguler, dan bahwa seiring
berjalannya waktu, ada kecenderungan tingkat
keuntungan turun. Dalam pandangan Marxis, kapitalisme akan melakoni
fitrahnya sebagai corak produksi saat ini, jadi sebaiknya kita memiliki
sebentuk komunisme yang siap untuk menggantikan. Karena, tentu saja, kita pasti
mendapatkan beberapa
solusi buruk pada masa krisis kapitalis.
Seperti
apa komunisme itu?
Pertimbangkan
ini sebagai peringatan awal untuk kekecewaanmu: Tidak ada cetak biru untuk
komunisme. Jika kita berpegang pada pandangan Marx tentang sejarah sebagai
masalah keterkaitan antara apa yang dia sebut basis (corak produksi) dan
suprastruktur (hukum, budaya, aparatus negara, moral kita, dan, pada dasarnya,
segala sesuatu lainnya dalam masyarakat manusia), maka kita tidak bisa
memprediksi dengan akurat ke mana kita sedang dipimpin oleh tahap selanjutnya.
Tapi kita bisa berbicara sedikit tentang bagaimana kita bisa sampai di sana.
Tiada
transisi corak produksi yang berjalan mulus, juga tidak pernah terjadi
tergesa-gesa. Transisi di Eropa dari feodalisme ke kapitalisme bahkan lebih
lama daripada Titanic versi potongan sutradara. Ia punya pelopor tersendiri:
Intelektual seperti John Locke, Adam Smith, dan David Ricardo memberikan
instruksi untuk para pemimpin negara modern dan mitra ekonominya. Berguna juga
untuk dicatat, bahwa semua bintang ekonomi klasik telah meninggal bahkan sebelum
Marx mulai belajar membaca. Meski begitu, pemikiran mereka ialah pemikiran di
mana kebijakan neoliberal yang buruk ini bisa ada sampai sekarang. Mereka
adalah pikiran tempat banyak
nyawa berakhir lebih
cepat atau hidup di dalam perbudakan yang hampa.
Kita
tidak sedang bermaksud untuk mengatakan bahwa perebutan kekuasaan oleh kaum
sosialis yang menginginkan tahap sejarah komunis adalah sama laiknya degan
sebuah piknik. Hal-hal dimulai dengan baik di Istana Musim Dingin di St.
Petersburg, tapi juga tidak berlanjut terus-terusan dalam mode strategis
dan tanpa darah seperti ini. Perpindahan di masa depan bisa saja berjalan
dengan damai—bahkan hasil pemilihan demokratis—yang memungkinkan adanya
kemungkinan pemilihan Barat yang benar-benar demokratis bebas dari intervensi
oleh kelas kapitalis.
Kapitalisme
memiliki banyak kemunculan yang salah, dan sekarang, dalam pandangan seorang
komunis sepertiku, ia bertahan hingga pada akhir yang sangat nyata. Pemilih menolak
anjurannya dengan cara yang berbeda, mengungkapkan rasa frustrasinya dengan
memilih orang-orang otoriter yang menjanjikan versi fiktif masa lalu atau,
seperti di Spanyol,
Yunani,
dan Skotlandia,
kaum sosialis dan komunis yang mengisyaratkan masa depan yang tak terlihat.
Seminggu ini saja, Jean-Luc Melenchon, seorang pria yang memaklumi Marx,
memenangkan hampir 20%
suara di putaran pertama pemilihan presiden Prancis.
Kita
tidak tahu seperti apa masa depan komunis itu. Kita tahu bahwa zaman
otomatisasi ini telah menciptakan kemungkinan adanya waktu luang. Kita tahu
bahwa kita secara kolektif menciptakan sarana untuk menopang semua planet ini.
Tapi, kita juga tahu bahwa kita telah membangun kelimpahan ini dengan biaya
kehancuran lingkungan. Baik perubahan iklim dan fakta yang tidak dapat
dibatalkan dari senjata nuklir mengurangi harapan asli komunis untuk
pengelolaan kolektif dalam segala hal; Ancaman total ini menuntut tingkat
pengelolaan totaliter tertentu. Pandanganku bahwa seorang komunis yang jujur
sekarang ini tak dapat lagi mengatakan bahwa negara dapat dilenyapkan
sepenuhnya—ancaman sebenarnya ini memerlukan segelintir birokrat sejati untuk
mengelolanya.
Tapi,
tidak perlu negara-bangsa untuk menopang kehidupan kita, apalagi kebutuhan akan
keuntungan. Kehidupan yang baik dan produktif untuk semua menuntut corak
produksi kolektif dan baru. Atau, setidaknya, itu menuntut sedikit rasa ingin
tahu kita. Jika kau tak lagi percaya ekonom yang mengatakan bahwa "GDP naik!" bahkan
saat pendapatan menurun, mungkin kau bisa memberikan beberapa waktu senggangmu
untuk menghadapi momok komunisme.
Diterjemahkan
secara bebas dari https://qz.com/965740/why-im-a-communist-and-why-you-should-be-too/
oleh Nadya Larasati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar