2 April 2017. Hari Kamis, 30 Maret 2017 malam sekitar pukul 22.30 WIB sejumlah mahasiswa
ISBI Bandung menduduki rektorat. Aksi dengan tema Sejajarkan Ormawa dengan Lembaga;
Hapus Hierarki Rebut Demokrasi dilakukan
terkait kebijakan kampus yang merugikan mahasiswa.
Aksi ini dilancarkan dikarenakan mahasiswa merasa
tidak puas dengan keputusan-keputusan sepihak dari pihak rektorat. Dimulai dari
Ormawa ISBI yang tidak kunjung dapat menyelesaikan Mukerma (Musyawarah kerja
mahasiswa).
“Mukerma tidak selesai dikarenakan tak ada iktikad
baik dari pihak lembaga,” kata Mohammad Chandra Irfan, Presma BEM ISBI Bandung.
Presiden BEM ISBI Bandung itu menerangkan bahwa
masalah Mukerma ini muncul setelah terbentuknya amandemen. Majelis mahasiswa
dan BEM ISBI Bandung mengubah Mukerma dan menggantinya dengan Musyawarah Kerja
Bersama. Dengan digantinya hal tersebut mahasiswa ISBI Bandung beriktikad baik untuk melibatkan lembaga
dalam musyawarahnya. Tetapi lembaga tidak menunjukan iktikad baik dalam hal
tersebut.
Menurut penuturan Chandra Presiden BEM ISBI Bandung, “Tujuan digantinya peraturan Mukerma ini
adalah agar ruang demokrasi di dalam kampus bisa terbuka. Dengan dilibatkannya
pihak rektorat dalam Mukerma, mahasiswa dan rektorat bisa duduk bersama dalam
membuat kebijakan.”
“Namun niatan tersebut tak disambut baik oleh pihak
lembaga. Hal ini terbukti dengan tidak terpenuhinya suara kuorum dari pihak
lembaga dalam beberapa kali MUKERMA,” ungkap Chandra.
“Pada tanggal 3 Maret, Benny Yohannes selaku Warek
1 bidang kemahasiswaan, menjajikan untuk menghadirkan kuorum pada tanggal 10
Maret. Tetapi, hasil yang didapat hanya ada dua perwakilan dari pihak lembaga.
Dan hal itu membuat Mukerma kembali ditunda,” tutur Chandra.
Permasalahan itu tak sampai di sana saja. Lembaga
juga mengajukan pengalokasian dana 70:30 untuk program BuCAF (Buah Batu
Cultural Art Festival) yang merugikan Ormawa. Dimana hal tersebut memotong 70%
dana Ormawa untuk dialokasikan pada BuCAF. Dan sangat merugikan ormawa yang
harus menjalankan program kerjanya dalam setahun.
Menurut penuturan presiden BEM ISBI, “Dengan adanya
BuCaf ini dana yang diberikan oleh lembaga kepada Ormawa dipotong menjadi Rp
4.800.000,-. Sehingga sangat merugikan bagi Ormawa yang harus menjalankan
minimal empat program kerja dalam setahun.”
Aksi pendudukan ini terus berlangsung hingga pagi
harinya. Sekitar pukul 07.00 Rektor menghampiri massa aksi yang saat itu hanya
ada sekitar 10 orang massa aksi. Dan Chandra selaku presiden BEM ISBI Bandung
sedang mengoperasikan komputer untuk memutar musik.
“Rektor Een Herdiyani menghampiri masa aksi dan
menanyakan, ‘Ada apa lagi ini?’ Lalu saya menjawab, ‘Ya ini tuntutan kami
sesuai surat yang kami layangkan tetapi belum ditanggapi. Ternyata surat yang
kami layangkan sudah ditandatangani, tetapi tidak sesuai komitmen. Karena dalam
komitmen harusnya tanggal 27 Maret. Dan artinya Ormawa bukan menjadi prioritas
Lembaga,’” begitu tutur Chandra Presiden BEM ISBI Bandung.
“Dan di situ sempat terjadi bersitegang. Maksudnya
Rektor ISBI Bandung yang tegang dan Presiden BEM ISBI Bandung santai-santai
saja,“ begitu pungkas Chandra Presiden BEM ISBI Bandung sambil tertawa.
Sekitar pukul 08.39 WIB Rektor memanggil perwakilan
mahasiswa untuk masuk ke ruang sidang. Tetapi mahasiswa menolak dan menuntut
agar melibatkan semua massa aksi di ruang sidang. Dan akhirnya rektor
mempersilahkan massa aksi masuk semua ke dalam ruangan.
Di dalam ruangan rektor memberikan beberapa
keterangan. Pertama lembaga sudah beriktikad baik terhadap Mukerma. Rektor
menolak mensejajarkan mahasiswa dengan lembaga karena menganggap hierarki itu
penting. Untuk ruangan Ormawa, pihak rektorat meminta mahasiswa untuk memaklumi
karena luas tanah kampus yang memang tidak mencukupi. Lalu tentang dana Ormawa
tersebut belum ada dan masih diusahakan.
Tetapi pihak mahasiswa tetap teguh dengan
tuntutannya yaitu :
1.
Mosi Tidak Percaya terhadap Mukerma
2. Sejajarkan
Kedudukan Ormawa dan Lembaga
3. Hapus
Hierarki Organisasi
4. Menolak
Program BuCAF
5. Menolak
Alokasi Dana 70 persen : 30 persen
6. Berikan
Ruangan Ormawa yang layak bagi manusia
7. Segera
berikan dana pengadaan alat Rp 8.500.000,- kepada setiap Ormawa, dalam bentuk
uang bukan barang, biarkan kami sendiri yang mengelola uangnya
8. Segala
kebijakan Lembaga yang berkaitan dengan Mahasiswa atau ORMAWA harus melibatkan
pihak mahasiswa
9. Transparansikan
hasil MUSRENDRIK
Dengan membawa tuntutan tersebut mahasiswa
membantah semua pernyataan lembaga. Pertama tentang MUKERMA bila lembaga
mempunyai niat baik harusnya bisa menyisakan waktu untuk datang dalam MUKERMA.
Lalu setiap dana Ormawa harus diterbitkan melalui SK Rektor dan harus tetap
cair sesuai kesepakatan awal. Mengenai hierarki organisasi mahasiswa, jika
hierarki tersebut dalam makna pembagian kerja mereka bersetuju, tetapi bila
mengenai pengambilan kebijakan mahasiswa harus terlibat. Perihal ruangan ormawa
ya seharusnya kampus memanusiakan manusia dengan ruangan 2x3 meter tak mungkin
cukup menampung rapat atau kegiatan yang lain. Mahasiswa juga menanyakan
tentang hasil MUSRENDIK agar semua sivitas akademika tahu apa yang akan
direncanakan lembaga satu tahun ke depan.
Setelah berargumen panjang lebar dengan pihak
lembaga semua tuntutan mahasiswa dipenuhi oleh rektor. Tetapi dalam hal ini
mahasiswa terkendala tanda tangan dari Warek 1 bagian kemahasiswaan yang tidak
ada dalam ruangan.
“Tanda tangan dari Warek 1 harus menunggu hari
Senin. Dan mahasiswa ISBI akan terus mengawal semua putusan ini,” tutur Chandra.
Setelah putusan itu disetujui, rektor meninggalkan
ruang sidang dikarenakan akan membuka studium
general. Studium general tersebut
dihadiri oleh anggota DPR RI Ceu Popong, yang juga berlaku sebagai Dewan
Penyantun lembaga ISBI Bandung.
Chandra menjelaskan, “Setelah Rektor pergi
Mahasiswa masih beradu argumen lagi dengan Warek 2. Ia (Warek 2) menyayangkan
bahwa kenapa aksi ini dilakukan saat ada kunjungan dari anggota DPR RI di
kampus. Tetapi kami membantah dengan mengatakan bahwa aksi ini hanya untuk
menyuarakan aspirasi mahasiswa dan mereka tidak tahu bahwa akan ada kunjungan
dari anggota DPR RI.”
“Aksi massa itu bukan metode yang buruk, tetapi
aksi massa itu metode yang baik karena kita sama-sama bisa belajar apa itu
demokrasi,” pungkas Chandra.
Sinatrian Lintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar