Rosyid Nuryadin, Memilih Melawan Meski Dijauhi Keluarga

Namanya Rosyid Nuryadin. Dok. Pembebasan Bandung
“Saya ingin agar warga berani. Berani menuntut hak-haknya, berani melawan yang menyakitinya.”

Pagi itu seorang laki-laki berusia setengah abad tengah asyik menikmati kopi pertamanya sembari ditemani beberapa batang rokok. Dia adalah Rosyid Nuryadin (50), Ketua Komite Rakyat Kebon Jeruk. Dengan antusias dia mulai mengisahkan perjuangannya bersama warga lain RW 02 Kelurahan Kebon Jeruk melawan korporasi besar bernama PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Untuk menyegarkan ingatan kita, pada tanggal 26 Juli 2016, puluhan rumah dan kios yang terletak di Jalan Stasiun Barat, Kota Bandung, digusur secara paksa oleh PT KAI tanpa pemberitahuan. Imbasnya, Rosyid bersama puluhan kepala keluarga lain harus kehilangan mata pencaharian yang telah dijalani selama bertahun-tahun.
“Ini adalah kedua kalinya saya digusur, yang pertama rumah saya oleh sebuah rumah sakit swasta, biarpun ada penggantian tapi tetap tidak layak. Lalu sekarang tempat usaha saya oleh PT KAI,” Papar Rosyid.

Rosyid menjelaskan bahwa saat penggusuran yang pertama pun dia tidak diajak bermusyawarah terlebih dahulu, baik oleh ketua RT maupun RW setempat waktu itu.

“Dulu rumah saya di belakang, tempat usaha di depan. Nah, saat itu tiba-tiba saya diminta untuk pindah dan diberi uang sebagai penggantian yang nilainya sudah ditentukan. Tentu saja tidak terima. Katanya negara Pancasila, mana musyawarah dan mufakatnya? Tapi waktu itu kondisinya ternyata warga lain sudah banyak yang sepakat. Dulu di sini banyak sekali warganya. Mereka mau saja diberi penggantian segitu karena ditakut-takuti. Kalau nggak mau, nanti digusur paksa. Saya waktu itu akhirnya terpaksa ikut pindah,” ujar Rosyid.

Sebelum digusur untuk yang kedua kalinya, sehari-hari Rosyid bermata pencaharian sebagai pengusaha ekspedisi. Penghasilannya ketika itu terbilang lumayan, bisa untuk menghidupi keluarganya sendiri bahkan keluarga mertuanya. Dengan usahanya tersebut, Rosyid bisa mempekerjakan saudara-saudara dari istrinya. Tempat usahanya inilah yang akhirnya menjadi korban dari penggusuran PT KAI.

Penggusuran yang terjadi nyatanya tidak serta-merta membuat warga memiliki keinginan untuk melawan. Beberapa dari mereka pada akhirnya memilih pasrah dengan keadaan meski memiliki bukti yang kuat di mata hukum. Banyak yang merasa bahwa melawan PT KAI adalah sia-sia belaka, tidak akan menang. Termasuk keluarga besar Rosyid sendiri.

Namun Rosyid berpikiran lain. Dia mantap melawan melalui jalur pengadilan.
Rosyid melanjutkan, “Kenapa harus takut? Saya mau menuntut hak saya yang dirampas kok. Buktinya kuat. Penggusuran ini salah objek. Akta tanah yang diklaim PT KAI itu di Kebon Kawung, bukan di sini (Kebon Jeruk). Itu saja sudah salah. Apalagi perusahaan saya sudah ada SIUP, dll.”

Langkahnya yang keukeuh ingin melawan PT KAI sempat ditentang oleh keluarga besarnya. Bahkan ia sempat dijauhi.

“Istri saya sering menangis, merasa mendapat perlakuan yang berbeda dari keluarga saya. Kalau ada acara keluarga, kami tidak diundang. Tapi saya yakinkan dia kalau yang diperjuangkannya adalah sesuatu yang benar,” tutur Rosyid.

Rosyid yang juga menjabat sebagai pengurus keamanan RW 02 menambahkan, bahwa bukan hanya sekedar materi yang ingin dia perjuangkan, namun juga harga diri. Dia ingin membuktikan bahwa PT KAI adalah korporasi rakus dan jahat. Dia juga ingin memberi pengertian kepada warga lain agar berani menuntut hak-haknya.

“Buat saya ini bukan hanya soal penggantian, tapi juga harga diri. Orang-orang harus tahu kalau KAI itu jahat. Dan warga lain yang senasib juga harus berani. Jangan takut. Kan katanya negara hukum, mari kita buktikan,” tegas bapak tiga orang anak itu.

Usai pengadilan memutuskan bahwa PT KAI telah melakukan perbuatan melawan hukum, kini warga Kebon Jeruk sedikit demi sedikit mulai membangun perekonomiannya kembali. Mereka akan memulai semuanya dari awal. Membangun masyarakat baru yang lebih adil.

Baca juga:
- Sorakan Korban Gusuran dalam Diskusi
- PT KAI Terbukti Bersalah tapi Hukuman bagi Mereka Rendah

Ketika ditanya bagaimana perasaannya saat ini dan langkah selanjutnya, Rosyid menjawab, “Saya puas karena sudah terbukti PT KAI salah, itu saja dulu sudah cukup bagi saya. Sekarang biarkan warga menata kembali kehidupannya.” (Irfan P)

PEMBEBASAN Bandung

Mari Berteman:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar